Sabtu, 04 Juni 2011

Cyber Community

1. Masyarakat Global dan Pembentukan Cybercommunity
Community – masyarakat adalah kelompok-kelompok orang-orang yang menempati sebuah wilayah (territorial) tertentu, yang hidup secara relatif lama, saling berkomunikasi, memiliki simbol-simbol dan aturan-aturan tertentu serta system hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki system stratafikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut serta relatif dapat  menghidupi dirinya sendiri.[1]
Seiring dengan perkembangan yang terjadi di mukabumi ini, terutama pada bidang teknologi informasi. Perkembangan teknologi Informasi khususnya internet yang begitu pesat, merupakan suatu fakta yang tidak bisa dipungkiri. Hal ini pun bisa menjadi salah satu penyebab perubahan bentuk masyarakat. Perubahan bentuk masyarakat dari bentuk masyarakat dunia lokal menjadi masyarakat yang global, sebuah dunia yang sangat transparan terhadap perkembangan informasi, transportasi serta teknologi yang begitu cepat dan begitu besar mempengaruhi peradaban manusia.
Perkembangan teknologi informasi juga tidak saja mampu menciptakan masyarakat dunia global, namun secara materi mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga tanpa disadari, komunitas manusia telah hidup dalam dua dunia kehidupan, yaitu:
1.    Masyarakat nyata.  yaitu sebuah kehidupan masyarakat  yang secara inderawi dapat dirasakan dan dapat disaksikan sebagaimana apa adanya melalui penginderaan.
2.    Masyarakat maya (cybercommunity). yaitu sebuah kehidupan masyarakat manusia yang tidak dapat secara langsung diindera melalui penginderaan manusia, namun dapat dirasakan dan disaksikan sebagai sebuah  realitas.
Kemajuan teknologi yang telah mengubah dunia maya yang terdiri dari berbagai macam gelombang magnetik dan gelombang radio, serta sifat kematerian yang belum ditemukan manusia, sebagai ruang kehidupan baru yang sangat prospektif bagi aktivis manusia yang memiliki nilai efisiensi yang sangat tinggi.
 2. Masyarakat Maya; Sisi Lain Kehidupan Masyarakat Manusia
Awalnya masyarakat maya hanya merupakan sebuah fantasi manusia tentang dunia lain yang lebih maju dari dunia saat ini. Fantasi tersebut adalah sebuah hiper-realtas manusia tentang nilai, citra dan makna kehidupan manusia sebagai lambang dari pembebasan manusia terhadap kekuasaan materi dan alam semesta.
            Masyarakat maya menggunakan seluruh metode kehidupan yang telah diterapkan dan dikembangkan pada masyarakat nyata sebagai model yang dikembangkan di dalam segi-segi kehidupan nyata. Seperti, membangun interaksi sosial dan kehidupan kelompok, membangun stratifikasi sosial, membangun kebudayaan, membangun pranata sosial, membangun kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan, membangun sistem kejahata dan kontrol-kontrol sosial, dan sebagainya. 
a. Proses-proses Sosial dan Interaksi Sosial
Masyarakat maya membangun dirinya dengan sepenuhnya mengandalkan interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan kelompok (jaringan) intra dan antar sesama anggota masyarakat maya.  Dipastikan bahwa konstruksi masyarakat maya pada mulanya berkembang dari sistem intra dan antar jaringan yang berkembang menggunakan sistem sarang laba-laba sehingga membentuk sebuah jaringan masyarakat yang besar.
Proses sosial dan interaksi sosial dalam masyarakat maya, ada yang bersifat sementara dan ada juga yang bersifat menetap dalam waktu yang relatif lama atau menetap selama-lamanya.  Sifat proses sosial dan interaksi sosial ini ditentukan oleh kepentingan  mereka dalam dunia maya.  Interaksi sosial sementara, terjadi anggota masyarakat yang sepintas lalu ingin ”jalan-jalan” dan hanya bermain di dunia maya melalui browsing dan chatting, atau search, kemudian meninggalkannya.  Ada pula interaksi sosial dan kehidupan kelompok yang berlangsung cukup lama di antara sesama anggota masyarakat maya lainnya.  Mereka ini para pengguna internet (netter) yang setiap saat berada dalam masyarakat maya.  Mereka bergaul, menyapa, bercinta, berbisnis, belajar bahkan mencuri dan sebagainya dalam masyarakat maya, namun mereka tidak menetap di sana karena tidak memiliki rumah sebagai alamat mereka.
Kebanyakan dari anggota masyarakat maya menjadi penduduk tetap dalam masyarakat tersebut dengan memiliki alamat dan rumah di sana dengan status penyewa atau pemilik.  Mereka ini memiliki e-mail, website, atau bahkan provider.  Setiap saat mereka memanfaatkan alamat dan rumah mereka untuk berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat maya guna berbagai kebutuhan.
Dari cara mereka berinteraksi ini lahir pula dua pola proses interaksi sosial, yaitu:
1.   Proses Sosial Disosiatif
Proses sosial disosiatif terjadi ketika beberapa anggota masyarakat maya terlibat dalam proses persaingan, atau bahkan konflik dengan sesama warga masyarakat maya seperti halnya mencari pembiayaan untuk website (sponsorship).
2.    Proses Sosial Asosiatif
proses sosial Asosiatif merupakan proses dalam masyarakat maya yang mementingkan kerja sama. Proses ini memberi peluang kepada komunitas maya, baik intra maupun antarjaringan, melakukan kerja sama (cooperative) di antara mereka.  Kerja sama ini menghasilkan proses lanjutan seperti akomodasi informasi dan asimilasi kebudayaan masyarakat maya dalam skala global ke seluruh jaringan masyarakat yang akhirnya mempengaruhi perilaku dan interaksi mereka satu dengan lainnya.
b. Kelompok Sosial Maya
Komunitas maya memiliki kehidupan kelompok yang rumit.  Umumnya kelompok sosial ini dibangun berdasarkan hubungan-hubungan sekunder, sehingga pengelompokkan mereka didasarkan pada kegemaran dan kebutuhan anggota masyarakat terhadap kelompok tertentu.
Pada dasarnya ada dua model keanggotaan kelompok sosial maya, yaitu:
  1. Kelompok intra adalah keanggotaan seseorang dalam unit-unit kelompok intra yang berpusat pada server tertentu yang sifatnya menyerupai serumpun anggota dalam suatu institusi tertentu.   
  2. Kelompok inter yaitu, walaupun secara umum, hubungan intranet ini hanya berlaku internal, namun sebenarnya intranet ini adalah sel-sel hidup dalam sistem sosial dunia maya yang lebih luas yaitu internet.
 c. Kebudayaan dan  Masyarakat Maya
Dalam masyarakat maya, kebudayaan yang berkembang adalah budaya-budaya pencitraan dan makna yang setiap saat dipertukarkan dalam ruang interaksi simbolis.  Budaya ini sangat subjektif atau lebih objektif lagi apabila disebut intersubjektif yang sangat didominasi oleh kreator dan imajinater yang setiap saat mencurahkan pemikiran mereka dalam tiga hal secara terpisah, yaitu:
  • Pertama, kelompok yang senantiasa bekerja untuk menciptakan mesin-mesin teknologi informasi yang lebih canggih dan realitas.
  • Kedua, kelompok yang setiap saat menggunakan mesin-mesin itu menciptakan karya-karya imajinasi yang menakjubkan dalam dunia hiper-realitas.
  • Ketiga, masyarakat pada umumnya yang setiap hari menggunakan mesin-mesin dan karya-karya imajinasi itu sebagai bagian dari kehidupan.
            Dari tiga hal itu, masyarakat maya menciptakan culture universal yang dapat dijelaskan sebagaimana yang dimiliki oleh masyarakat nyata:
1)   Peralatan dan perlengkapan hidup masyarakat maya adalah teknologi informasi yang umumnya dikenal dengan mesin komputer dan mesin-mesin (media) elektronik lain yang membantu kerja atau dibantu oleh mesin komputer.  Saat ini mesin-mesin dimaksud telah dapat memproduksi dan mereproduksi diri sampai pada tingkat yang diinginkan.
2)   Mata pencaharian dan sistem-sistem ekonomi.  Masyarakat maya memliki mata pencaharian yang sangat menonjol dan specifik dalam bentuk menjual jasa dengan sistem ekonomi subtansi.
3)   Sistem kemasyarakat yang dikembangkan dalam masyarakat maya adalah dalam bentuk sistem kelompok jaringan, baik intra maupun antarjaringan yang ada dalam masyarakat maya.
4)   Bahasa masyarakat maya pada umumnya adalah bahasa Inggris yang digunakan berdasarkan pada konvensi dan kreativitas pengguna bahasa ini, seperti menggunakan ikon-ikon tertentu untuk penggambaran dan sebagainya.
5)   Karya komunitas maya adalah bagian dari karya seni pada umumnya.  Semua karya masyarakat maya menempelkan seni sebagai ukuran pencitraan dan pemaknaan, jadi sistem kesenian dalam masyarakat adalah terletak pada pencitraan dan pemaknaan terhadap karya yang ditampilkan kepada publik maya itu sendiri.
6)   Sistem pengetahuan dikembangkan menggunakan proses pemberitahuan dan pembelajaran langsung secara trial and error.  Karena itu, status sosial tertinggi dalam sistem pengetahuan adalah seberapa banyak seseorang menjadi tempat bertanya untuk memecahkan kasus-kasus tersebut.
7)   Sistem religi (kepercayaan) masyarakat maya adalah waktu dan keyakinan bahwa setiap misteri dalam dunia maya dapat dipecahkan.  Mereka percaya, bahwa setiap misteri selalu dapat dipecahkan ketika hal itu dilakukan secara serius selama ada waktu yang cukup untuk itu.
Sesuatu yang menjadi ciri khas dari kebudayaan maya ini adalah sifatnya yang sangat menggantungkan diri pada media. Bahwa kebudayaan itu hanya ada secara nyata dalam media informatika dan beberapa diantaranya telah ditransformsikan ke dalam kognitif manusia, inilah sebenarnya space dunia maya, yaitu dunia media dan dunia kognitif manusia.  Hubungan dari dua space ini telah melahirkan dunia baru bagi masyarakat manusia yang tak bisa dihitung lagi seberapa besar ruang itu, tergantung kepada kemampuan manusia membuka misteri pengetahuan ini.[2]
d. Perubahan Sosial dalam Masyarakat Maya
Perubahan dalam masyarakat maya dikenal dengan dua konsep perubahan, yaitu:
  1. Upgrade adalah perubahan fiskal yang ada dalam mesin-mesin komputer, yang mengandung makna memperbaiki diri dengan cara meningkatkan kemampuan dan penampilan yang lebih baik.
  2. Perubahan sosial, yaitu perubahan yang terjadi itu merupakan sebuah hukum alam serta setiap saat menimbulkan masalah baru, seperti mulai dari pelanggaran norma susila, penyebaran virus sanmpai dengan kriminalitas, dan peperangan atau lebih dikenl dengan istilah cybercrime.
Perubahan sosial pada cybercommunity erat kaitanya dengan refleksi realitas nyata, sementara perubahan sosial ini berkaitan pula dengan berbagai masalah yang muncul kemudian, terutama yang berhubungan dengan kontak-kontak sosial budaya global termasuk didalamnya adalah berbagai bentuk cybercrime.


[1] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2007. Hal. 159

[2] Ibid., hal. 166 - 167

1 komentar:

Kakaput mengatakan...

good^^

Posting Komentar